Pages

Tuesday, November 27, 2012

BELAJAR ONLINE


PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang Masalah

Adapun latar belakang penulis dalam mengerjakan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jelas tentang belajar online khususnya untuk mata kuliah Pengantar Teknologi Komunikasi dan Informasi. Selain itu makalah ini dibuat sebagai wadah untuk memperluas wawasan mahasiswa mengenai belajar online secara menyeluruh.

VIRTUAL LEARNING




Pendahuluan

I.1           Latar Belakang
Banyak orang diseluruh Dunia mengakui pendidikan jarak jauh (Distance Learning) dapat digunakan sebagai salah satu cara yang efektif untuk mengatasi permasalahan yang sulit diatasi dengan cara konvensional. Permasalahan yang muncul  misalnya banyak anak usia sekolah tetapi tidak dapat mengikuti pendidikan konvensional karena tinggal di tempat yang jauh dari sekolah, banyak anak maupun orang dewasa yang ingin

APLIKASI DAN POTENSI TIK DALAM PEMBELAJARAN DI ERA GLOBALISASI


PENDAHULUAN


Perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat pesat dan berpengaruh sangat signifikan terhadap pribadi maupun komunitas, segala aktivitas, kehidupan, cara kerja, metode belajar, gaya hidup maupun cara berpikir. Oleh karena itu, pemanfaatan TIK harus diperkenalkan kepada siswa agar mereka mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk bisa menerapkan dan menggunakannya dalam kegiatan belajar, bekerja serta berbagai aspek kehidupan sehari-hari, bahkan

LANDASAN SOSIOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM



Pengertian Landasan Sosial Budaya

Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Mengapa pengembangan kurikulum harus mengacu pada landasan sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat.

LANDASAN ORGANISATORIS PENGEMBANGAN KURIKULUM



Faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam organisatoris kurikulum yaitu :

a.    Ruang lingkup (Scope), mencakup materi dan pengalaman belajar. Menyangkut jawaban atas pertanyaan : “materi dan pengalaman belajar apa yang harus diajarkan? Berapa jauh ruang lingkup dan organisasi materi itu harus ditetapkan untuk mencapai tujuan?”.

LANDASAN FILOSOFIS PENGEMBANGAN KURIKULUM



PENDAHULUAN

Kurikulum sebagai rancangan suatu pendidikan mempunyai peran dan kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan, mengingat pentingnya peranan penting kurikulum di dalam pendidikan dan perkembangan kehidupan manusia, maka dalam pembuatan kurikulum harus menggunakan landasan – landasan yang kuat dan terlebih dahulu harus di identifikasi , dikaji, dianalisis, secara selektif,

ISTILAH TERKAIT KURIKULUM


Istilah-istilah terkait dengan kurikulum

·         Kurikulum inti, persyaratan pendidikan umum yang ditetapkan sebagai rangkaian didefinisikan program interdisipliner yang harus diambil oleh semua mahasiswa yang terdaftar dalam program gelar di sebuah institusi.

PRINSIP KURIKULUM



Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi delapan macam, antara lain:

Prinsip Berorientasi Pada Tujuan
Pengembngan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai.

DEFINISI KURIKULUM



5     Pengertian Kurikulum Menurut Beberapa Sumber

·         J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching on Learning (1956): Kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas dihalaman sekolah atau diluar sekolah. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra kurikuler.

MODEL KOMUNIKASI LASSWELL DALAM PEMBELAJARAN



Model Komunikasi Lasswell dalam Pembelajaran

Model komunikasi Lasswell, dapat menjelaskan bagaimana komunikasi terjadi dalam proses pembelajaran, sesuai yang diungkapkan dalam model ini, yaitu “who says what in which channel to whom with what effect”, yang artinya “siapa mengatakan apa dengan medium apa kepada siapa dengan pengaruh apa?”.
Lalu hubungan antara model komunikasi ini dengan pembelajaran adalah sebagai berikut:

·         Who
Siapa di sini adalah guru.

·         Says What
Maksudnya adalah materi yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik.

·         In Which Channel
Yaitu media yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi kepada peserta didik.

·         To Whom
Siapa di sini adalah peserta didik.

·         With What Effect
Yaitu pengaruh yang ditimbulkan oleh guru kepada peserta didik setelah menyampaikan materi tersebut.

Contohnya adalah, tugas diskusi virtual mata kuliah Dasar Komunikasi yang diberikan minggu lalu. Ibu Murti (Who) memberikan materi didiskusikan, yaitu Komunikasi dan  Pembelajaran (Says What) melalui Web Bali (In Which Channel) kepada mahasiswa TP 2012 (To Whom) sehingga mahasiswa TP 2012 dapat mengerjakan assignment yang diberikan berdasarkan hasil diskusi tersebut (With What Effect).
Jika dikaitkan dengan komponen ABCD dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

A.      To Whom
Peserta didik adalah Audience.

B.      In Which Channel
Dapat dikategorikan sebagai Behavior, yang berperan dalam menyampaikan materi.

C.      Who Says What
Dikategorikan sebagai Condition, dimana peserta didik mampu memahami materi apa yang disampaikan oleh guru.

D.      With What Effect
Pengaruh yang ditimbulkan adalah sebagai Degree, atau tolak ukur tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.

Contohnya, “Siswa SMK kelas XII semester V (Audience), diharapkan mampu untuk membuat animasi 3D dengan software 3DsMax (Behavior) berdasarkan pelatihan yang telah diberikan oleh pembimbing masing-masing (Condition) dengan komponen teknik pembuatan karakter animasi dan action script (Degree)”.
                Kesimpulannya adalah guru memberikan materi kepada peserta didik melalui media yang disesuaikan untuk mencapai tujuannya, yaitu menghasilkan peserta didik yang kompeten.


Tugas Individu Dasar-dasar Komunikasi
Dosen: Ibu Murti Kusuma Wirasty

MODEL KOMUNIKASI SHANNON WEAVER


Model ini membahas tentang masalah dalam mengirim pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini mengandaikan sebuah sumber daya informasi (source information) yang menciptakan sebuah pesan (message) dan mengirimnya dengan suatu saluran (channel)kepada penerima (receiver) yang kemudian membuat ulang (recreate)pesan tersebut. Dengan kata lain, model ini mengasumsikan bahwa sumberdaya informasi menciptakan pesan dari seperangkat pesan yang tersedia. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang dipakai. Saluran adalah media yang mengirim tanda dari pemancar kepada penerima. Di dalam percakapan, sumber informasi adalah otak, pemancar adalah suara yang menciptakan tanda yang dipancarkan oleh udara. Penerima adalah mekanisme pendengaran yang kemudian merekonstruksi pesan dari tanda itu. Tujuannya adalah otak si penerima. Dan konsep penting dalam model ini adalah gangguan.

Mengenal Teori Shannon-Weaver
Sebagai peneliti untuk perusahaan telekomunikasi, Shannon tentu saja tertarik terhadap efisiensi mengirim infomasi melalui saluran telegram dan telepon yang waktu itu belum berkembang seperti saat ini. Untuk itu, Shannon perlu memandang informasi sebagai simbol-simbol yang dipertukarkan dalam komunikasi antar manusia. Secara khusus, dia harus menjelaskan bagaimana alat dan saluran komunikasi mengirim simbol-simbol itu dari satu titik di suatu tempat ke titik lain di tempat lainnya. Ini dikenal sebagai transmisi informasi.
Bagi laboratorium Bell tempat Shannon bekerja, kapasitas, efisisiensi, dan efektivitas transmisi ini menjadi amat penting untuk pengembangan jaringan telepon. Shannon lalu menggunakan pendekatan matematik yang memudahkan manusia mereduksi gejala rumit agar mudah dipahami, dan kemudian menghitung atau mengukur gejala tersebut untuk mencapai efisiensi teknologi.
Setahun setelah Shannon mengajukan pemikiran matematisnya di jurnal perusahaan Bell, teori ini dikembangkan lebih jauh bersama seorang rekannya, Warren Weaver, untuk menjadi buku. Di dalam buku inilah mereka menegaskan bahwa untuk memahami informasi, kita perlu berasumsi bahwa semua tujuan komunikasi adalah mengatasi ketidakpastian (uncertainty). Teori yang dikembangkan Shannon dan Weaver menyederhanakan persoalan komunikasi ini dengan memakai pemikiran-pemikiran probabilitas (kemungkinan).
Jika kita melakukan undian dengan melempar sebuah uang logam, hasil undian itu dianggap bernilai satu bit informasi karena mengandung dua kemungkinan dan setiap kemungkinan mengandung nilai 0,5 alias sama besar dari segi kesempatan undian. Dari pemikiran dasar yang sederhana ini, Shannon dan Weaver menyatakan bahwa semua sumber informasi bersifat stochastic alias probabilistik (bersifat kemungkinan). Jika kemungkinan tersebut bersifat tidak mudah diduga, maka derajat ketidakmudahan ini disebut sebagai entropy.
Melalui pernyataan-pernyataan matematis, Shannon (dan lalu juga Weaver) menunjukkan hubungan antara elemen sistem teknologi komunikasi, yaitu sumber, saluran, dan sasaran. Setiap sumber dalam gambaran Shannon memiliki tenaga atau daya untuk menghasilkan sinyal. Dengan kata lain, pesan apa pun yang ingin disampaikan melalui komunikasi, perlu diubah menjadi sinyal, dalam sebuah proses kerja yang disebut encoding atau pengkodean. Sinyal yang sudah berupa kode ini kemudian dipancarkan melalui saluran yang memiliki kapasistas tertentu. Saluran ini dianggap selalu mengalami gangguan (noise) yang mempengaruhi kualitas sinyal. Memakai hitung-hitungan probabilitas, teori informasi mengembangkan cara menghitung kapasitas saluran dan kemungkinan pengurangan kualitas sinyal. Sesampainya di sasaran, sinyal ini mengalami proses pengubahan dari kode menjadi pesan, atau disebut juga sebagai proses decoding.
Teori informasi Shannon juga menganggap bahwa informasi dapat dihitung jumlahnya, dan bahwa informasi bersumber atau bermula dari suatu kejadian. Jumlah informasi yang dapat dikaitkan, atau dihasilkan oleh, sebuah keadaan atau kejadian merupakan tingkat pengurangan (reduksi) ketidakpastian, atau pilihan kemungkinan, yang dapat muncul dari keadaan atau kejadian tersebut. Dengan kata yang lebih sederhana, teori ini berasumsi bahwa kita memperoleh informasi jika kita memperoleh kepastian tentang suatu kejadian atau suatu hal tertentu.
Keunggulan teori Shannon-Weaver terletak pada kemampuannya membuat persoalan komunikasi informasi menjadi persoalan kuantitas, sehingga sangat cocok untuk mengembangkan teknologi informasi. Kritik terhadap teori mereka datang dari kaum yang mencoba mengaitkan informasi dengan makna dan kandungan nilai sosial-budaya di dalam informasi. Sampai sekarang, perdebatan tentang apakah informasi adalah sesuatu yang kuantitatif atau kualitatif masih terus berlangsung. Ada yang mencoba mengambil kebaikan dari kedua pihak dengan mengatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang berwujud dan sekaligus bersifat abstrak.
Jasa Shannon-Weaver terletak pada kepioniran mereka memperkenalkan diskusi dan aplikasi informasi ke dalam kehidupan manusia. Apa yang sekarang kita alami dan nikmati, adalah hasil perkembangan dari pemikiran mereka juga.

Mathematical Theory of Shannon & Weaver
Claude Shannon
Karya Shannon dan Weaver, Mathematical Theory of Communication (1949), adalah salah satu pelopor teori komunikasi, dan juga dianggap sebagai salah satu teori komunikasi yang tertua. Teori ini juga salah satu contoh yang paling jelas dari Mahzab Proses, yaitu aliran yang melihat komunikasi sebagai transmisi pesan.
Fokus utama teori ini adalah untuk menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi dapat digunakan secara efisien. Bagi mereka, saluran utamanya adalah kabel telepon dan gelombang radio. Mereka mencetuskan teori yang memungkinkan mereka mendekati masalah bagaimana mengirim sejumlah informasi yang maksimum melalui saluran yang ada, dan bagaimana mengukur kapasitas dari suatu saluran yang ada untuk membawa informasi. Mereka menggunakan asumsi bahwa komunikasi antar manusia (human communication) itu ibarat hubungan melalui telepon dan gelombang radio.



Sumber (source) dipandang sebagai pembuat keputusan (decision maker), yaitu sumber yang memutuskan pesan mana yang akan dikirim. Pesan yang sudah diputuskan untuk dikirim kemudian diubah oleh transmiter menjadi sebuah sinyal yang dikirim melalui saluran kepada penerima (receiver). Diumpamakan telepon, salurannya adalah kabel, sinyalnya adalah arus listrik di dalamnya, dan transmiter dan penerimanya adalah pesawat telepon.
Shannon dan Weaver mengidentifikasi tiga level masalah (noise) dalam studi komunikasi. Ketiga hal tersebut adalah:
Level A (masalah teknis)
Bagaimana simbol-simbol komunikasi dapat ditransmisikan secara akurat?
Level B (masalah semantik)
Bagaimana simbol-simbol yang ditransmisikan secara persis menyampaikan makna yang diharapkan?
Level C (masalah keefektifan)
Bagaimana makna yang diterima secara efektif mempengaruhi tingkah laku dengan cara yang diharapkan?

Warren Weaver
Ibarat sedang berkomunikasi lewat telepon, gangguan teknis adalah tentang apakah telepon kita berfungsi baik atau tidak. Jika telepon yang kita gunakan sinyalnya tidak jelas atau putus-putus, sehingga suara kita tidak terdengar dengan jelas oleh lawan bicara kita, maka hal ini termasuk ke dalam gangguan (noise) teknis.
Pada noise yang kedua, gangguan level semantik, adalah sejauh mana kata-kata atau komunikasi yang kita lakukan melalui telepon tadi dapat dipahami atau ditangkap sesuai apa yang kita maksudkan. Mungkin secara teknis, suara kita sudah dapat didengar dengan cukup jelas oleh lawan bicara kita, tapi belum tentu apa maksud dari pembicaraan atau dari kata-kata kita dipahami atau ditangkap secara baik oleh lawan bicara kita itu.
Sedangkan pada level yang ketiga, gangguan masalah keefektifan adalah persoalan tentang sejauh mana kata-kata atau komunikasi yang kita lakukan terhadap lawan bicara kita mampu mempengaruhi tingkah laku orang tersebut agar mau melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak kita. Gangguan pada level ini adalah persoalan behavioral. Pada level ini pula, komunikasi dilihat oleh Shannon dan Weaver sebagai alat propaganda.
Jika ternyata komunikasi yang dilakukan tidak berhasil mengubah perilaku lawan bicara kita agar mau mengikuti apa-apa yang dimaksudkan oleh komunikator, maka komunikasi yang dilakukan dianggap mengalami gangguan atau noise. Lebih dari itu komunikasi yang dilakukan dilihat juga sebagai komunikasi yang tidak efektif, atau komunikasi yang gagal.
Dalam sudut pandang ini, teori Shannon dan Weaver selanjutnya dianggap mamandang persoalan komunikasi sekedar sebagai hitung-hitungan yang matematis. Lebih jauh lagi, komunikasi pada nantinya dibuat sedemikian rupa agar mampu memanipulasikan pesan dan saluran guna mencapai level keefektifan komunikasi yang optimal, yaitu mampu mengubah orang lain mengikuti apa-apa yang diinginkan oleh seorang komunikator.


Makalah Dasar-dasar Komunikasi Kelompok 2
Dosen: Ibu Murti Kusuma Wirasty

MODEL KOMUNIKASI BERLO


Model-model Komunikasi

Model Komunikasi Berlo

Dalam model komunikasi David K. Berlo, terdapat unsur-unsur utama komunikasi yang dikenal dengan SCMR, yaitu Source (sumber), Channel (saluran), Message (pesan), dan Receiver (penerima). Di samping itu, terdapat juga tiga unsur lain, yaitu Feedback (tanggapan balik), Efek , dan Lingkungan. Setiap unsur ini akan saling bergantung satu sama lain dan memiliki peranan penting dalam membangun proses komunikasi.


1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pengirim informasi. Sumber terdiri dari satu orang atau kelompok. Misalnya partai, organisasi atau lembaga.

2. Pesan
Pesan adalah sesuatu (pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda) yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media.

3. Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang membawa pesan. Saluran komunikasi ini terdiri dari komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik.

4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh pengirim.

5. UmpanBalik
Umpan balik merupakan respons atau reaksi yang diberikan oleh penerima.

6. Efek
Efek atau pengaruh merupakan perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.

7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi.

Muhamad (1995) menjelaskan bahwa model Berlo menekankan komunikasi sebagai suatu proses dan menekankan “meaning are in the people”, atau arti pesan yang dikirimkan pada orang yang menerima pesan bukan pada kata-kata pesan itu sendiri. Dengan kata lain, bahwa interpretasi pesan terutama tergantung kepada kata atau pesan yang ditafsirkan oleh si pengirim atau si penerima.

Berlo menggambarkan kebutuhan penyandi (encoder) dan penyandi balik (decoder) dalam proses komunikasi. Enkoder bertanggung jawab mengekspresikan maksud sumber dalam bentuk suatu pesan. Menurut Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, seperti keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode. Saluran berhubungan dengan panca indera, yaitu: melihat, mencicipi, mendengar, menyentuh, dan membaui.

Penelaahan terhadap Model Komunikasi Berlo:

1. Sumber
Seorang baik sebagai sumber maupun penerima harus memperhatikan hal-hal berikut dalam berkomunikasi, yaitu:
a. Ketrampilan berkomunikasi (communication skills) yang terdiri atas:
· Kemampuan sumber dalam menyusun tujuan komunikasi;
· Kemampuan sumber dalam menterjemahkan pesan ke dalam bentuk signal atau ekspresi tertentu.
b. Sikap, terdiri atas:
· Sikap terhadap diri sendiri;
· Sikap terhadap pesan;
· Sikap terhadap penerima pesan (receiver) maupun sikap sebaliknya, receiver terhadap sumber.
c. Pengetahuan, meliputi:
· Pengetahuan sumber tentang receiver, media komunikasi yang sesuai, metode pendekatan yang sesuai, serta pengetahuan tentang pesan;
· Pengetahuan receiver tentang sumber, media, maupun pesan.
d. Sistem sosial budaya, baik sumber maupun penerima harus memperhatikan sistem sosial budaya yang ada, meliputi:
· Norma yang dianut;
· Sistem pengambilan keputusan. Misalnya, terkait dengan inovasi bidang pertanian;
· Budaya yang berkembang dan dianut.

2. Pesan
Pesan dikembangkan berdasarkan:
· Kode pesan (penggunaan bahasa, gambar yang disepakati)
· Isi (disajikan utuh atau terpotong?)
· Perlakuan (pesan dapat dicerna oleh kelima indera manusia?)

3. Saluran komunikasi
Saluran komunikasi yang digunakan hendaknya:
· Baik menurut sasaran;
· Dapat diterima oleh banyak sasaran;
· Mudah digunakan oleh banyak sumber maupun penerima;
· Lebih ekonomis;
· Cocok dengan pesan.

Mulyana (2003) mengidentifikasi kelebihan dan keterbatasan dalam model Berlo ini. Salah satu kelebihan model Berlo adalah bahwa model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, namun komunikasi antarpribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model Berlo juga bersifat heuristik (merangsang penelitian) karena memperinci unsur-unsur yang penting dalam proses komunikasi. Model ini misalnya dapat memandu anda meneliti efek keterampilan komunikasi penerima atas penerimaan pesan yang dikirimkan. Atau jika sebagai pembicara mungkin mulai menyadari bahwa latar belakang pembicara akan mempengaruhi penerima pesan.
Sedangkan keterbatasan model Berlo ini adalah Berlo mengganggap bahwa komunikasi merupakan sebuah fenomena yang statis. Disamping itu, umpan balik yang diterima pembicara dari khalayak tidak dimasukkan dalam model grafiknya dan komunikasi non verbal tidak dianggap penting dalam mempengaruhi orang lain.



Makalah Dasar-dasar Komunikasi Kelompok 4
Dosen: Ibu Murti Kusuma Wirasty

MODEL KOMUNIKASI SCHRAMM


Dari bentuknya, model komunikasi dasar terbagi menjadi 2,yaitu :
· Model komunikasi linear satu arah
· Model komunikasi sirkuler


MODEL-MODEL KOMUNIKASI LINEAR : SATU ARAH

Model ini didasari paradigma stimulus-respon.Komunikan adalah makhluk pasif, menerima apapun yang disampaikan komunikator kepadanya. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pasif menerima pesan, pesan berlangsung searah dan relatif tanpa umpan balik, karena itu disebut linear. (Model Aristoteles,Model Laswell, Model Braddock,Model Shannon-Weaver)


MODEL-MODEL KOMUNIKASI SIRKULER : DUA ARAH

Kedudukan komunikator dan komunikan relative setara. Munculnya paradigma baru ini merupakan pemisahan dari paradigma yang lama tentang komunikasi yang linear. Model sirkuler dikritik karena adanya kesamaan tingkat (equality)antara komunikator dan komunikan.(Model Schramm,Model De Fleur,Model Helical Dance)

Model Komunikasi Menurut Schramm;

Schramm membuat serangkai model komunikasi, dimulai dengan model komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu.

1. Model yang pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver. Schramm menggunakan unsur source dan destination tapi tidak memunculkan transmitter dan receiver, yang ada adalah encoder (alat penyandi) dan decoder (alat penyandi balik). Menurut model ini, source boleh menjadi seorang individu atau organisasi, sinyalnya adalah bahasa dan destination-nya adalah pihak lain kepada siapa sinyal itu ditujukan.Dalam komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone. Dalam komunikasi antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder dan destination pada sisi yang lainnya.

2. Dalam modelnya yang kedua, Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaran-lah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Itulah sebabnya pada modelnya yang kedua ia mulai menyatukan source (sumber) dengan encoder(alat penyandi) yang semula terpisah. Demikian pula halnya dengan decoder (alat penyandi balik) yang ditempelkan dengan destination (tujuan/sasaran). Selain itu, ia menambah unsur field of experience (bidang pengalaman) yang dimiliki kedua pelaku komunikasi. Source menyandi (encode) dan destination menyandi balik (decode) pesan berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing-masing. Semakin besar luas bidang pengalaman source yang berhimpitan dengan bidang pengalaman destination, semakin mudah komunikasi dilakukan. Bila kedua bidang itu tidak bertautan atau sangat sedikit pertautannya artinya 

3. Di Model ketiga, Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang melakukan fungsi encoder/encoding(menyandi), interpreter/interpreting (menafsirkan), decoder/ decoding (menyandi-balik), mentransmisikan dan menerima sinyal., Di sini kita melihat umpan balik(message) dan ”lingkaran” yang berkelanjutan untuk berbagi informasi.

Pada model ketiga ini, Schramm bekerjasama dengan Osgood sehingga dikenal sebagai model sirkular Osgood dan Schramm (The Osgood and Schramm Circular Model) Menurut Schramm seperti ditunjukan pada model ini, jelas bahwa setiap orang dalam proses komunikasi dapat sekaligus sebagai encoder dan decoder yang secara konstan menyandi balik tanda-tanda disekitar kita. Memberikan kode bisa juga disebut chanel, sedangkan proses kembali pesan tersebut disebut feedback atau umpan balik yang memainkan peran sangat penting dalam komunikasi. Karena itu memberi tahu kita bagaimana pesan yang kita tafsirkan baik dalam bentuk kata-kata sebagai jawaban, anggukan kepala, gelengan kepala, salah satu alis yang dinaikan dan sebagainya. Begitu juga dalam surat pembaca di media cetak seperti surat kabar. Surat pembaca ditujukan kepada redaksi sebagai protes atas editorial yang ditulis pada surat kabar tersebut ataupun tepuk tangan pendengar ceramah.



Makalah Dasar-dasar Komunikasi Kelompok 3
Dosen: Ibu Murti Kusuma Wirasty



CONTOH PERILAKU KOMUNIKASI



Komunikasi dapat terjadi secara tatapmuka (konvensional) maupun bermedia (digital). Berikut adalah satu contoh masing-masing dari 9 perilaku komunikasi dalam konteks pembelajaran:

·         1A. Perilaku simtomatik yang tidak dipersepsi – Ketika presentasi di depan kelas, badan kita gemetaran karena gugup, namun tidak ada seorang pun yang melihatnya.

·         1B. Simtom yang dipersepsi secara insidental – Ketika presentasi di depan kelas, badan kita gemetar. Kemudian teman-teman menyadari bahwa badan kita gemetar karena gugup, walaupun sebelumnya mereka tidak memperhatikan.

·         1C. Simtom yang diperhatikan – Ketika presentasi di depan kelas, badan kita gemetar. Kemudian seorang teman yang berada paling dekat dengan kita bertanya, “kamu sepertinya gugup sekali ya.”

·         2A. Pesan nonverbal yang tidak diterima – Ketika kita ingin mengajukan pertanyaan kepada dosen, kita pasti terlebih dahulu mengacungkan tangan. Namun, tidak hanya kita yang mengacungkan tangan, 
banyak teman-teman yang lain yang mengacungkan tangan karena sama-sama ingin bertanya. Lalu dosen tidak menunjuk ke arah kita, melainkan ke arah salah satu teman kita yang mengacungkan tangan juga.

·         2B. Pesan nonverbal insidental – Ketika dosen sedang menjelaskan apa yang sedang dipelajari, lalu kita memiliki kesibukan sendiri. Namun, ketika dosen bertanya kepada kita, kita dapat menjawab apa yang dijelaskan tadi.

·         2C. Pesan nonverbal yang diperhatikan – Ketika kita ingin mengajukan pertanyaan kepada dosen, kita pasti terlebih dahulu mengacungkan tangan. Lalu dosen langsung menunjuk ke arah kita dan mempersilakan kita untuk bertanya.

·         3A. Pesan verbal yang tidak diterima – Ketika kita hendak mengirim tugas melalui email, dan pesan itu tidak terkirim karena adanya masalah dalam koneksi internet.

·         3B. Pesan verbal insidental – Ketika proses belajar sedang berlangsung di dalam kelas, ada salah satu di antara kita yang ‘nyeletuk’, namun seisi ruangan kelas tidak terlalu memperhatikannya.

·         3C. Pesan verbal yang diperhatikan – Ketika kita sedang presentasi di depan kelas bersama kelompok, lalu kelompok yang lain beserta dosen memperhatikan apa yang sedang kita presentasikan.


Tugas Individu Dasar-dasar Komunikasi
Dosen: Ibu Murti Kusuma Wirasty

5 PENGERTIAN KOMUNIKASI


1.       Colin Cherry
Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.


2.       Carl I. Hovland

Komunikasi adalah proses dimana seseorang individu atau komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal maupun non verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain.


3.       William Albig

Komunikasi adalah proses sosial, dalam arti pelemparan pesan/lambang yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua proses dan berakibat pada bentuk perilaku manusia dan adat kebiasaan.


4.       Karfried Knapp

Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan non verbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung / tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual).


5.       William J.Seller
Komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.


Tugas Individu Dasar-dasar Komunikasi
Dosen: Ibu Murti Kusuma Wirasty

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN



PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Pada dasarnya, belajar adalah perubahan yang relatif menetap dan dapat berlangsung kapan saja, kompleks dan terjadi pada semua orang dan semua usia. Sementara, dalam proses belajar terjadi pembelajaran, di mana adanya interaksi antara pendidik, media dan pelajar.

            Belajar dan pembelajaran juga merupakan salah satu masalah dalam dunia pendidikan. Acap kali masalah ini di lupakan begitu saja, padahal cara dan sistem dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan penyampaian materi dari pendidik kepada pelajar. Pada zaman ini, mulai banyak pengembangan-pengembangan sistem dan cara-cara belajar seperti belajar On-Line/Hybird Learning.
            Oleh karena itu, dalam karya ilmiah ini kami mengangkat masalah belajar da pembelajaran. Tim penulis mencoba menyusun suatu karya tulis mengenai definisi belajar dan pembelajaran, tujuan dan manfaat, jenis-jenis belajar, gaya belajar dan pembahasan mengenai belajar dan pembelajaran dalam Teknologi Pendidikan.

B. Rumusan Masalah
      Masalah yang akan di bahasa dalam makalah ini adalah :
1.      Apa definisi Belajar dan Pembelajaran ?
2.      Apa Tujuan dari belajar dan Pembelajaran ?
3.      Konsep dari belajar dan pembelajaran ?
4.      Apa itu teori belajar ?
5.      Apa manfaat dan tujuan teknologi pendidikan dalam belajar dan pembelajaran ?
6.      Ada berapa dan apa itu dimensi pengetahuan ?

PEMBAHASAN

A.    Belajar
            Belajar adalah perubahan yang relatif menetap dan dapat berlangsung kapan saja, dimana saja, da dari siapa/apa saja. Belajar dapat merupakan :
1.      Penambahan (hal yang baru)
2.      Pengurangan (kebiasaan salah)
3.      Modifikasi
                        Belajar pada dasarnya adalah usaha yang di sengaja, namun dapat pula berlangsung tanpa disadari. Belajar adalah suatu proses yang kompleks dan terjadi pada semua orang serta berlangsung seuur hidup. Karena kompleksnya masalah belajar ini, banyak teori yang berusaha menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi.
                        Para penganut aliran psikologi:
1.      Behavioristik (Prilaku) berpendapat bahwa belajar itu terjadi sebagai akibat adanya pengkondisian lingkungan yang diikuti dengan adanya penguatan (reinforcement). Ini berdasarkan perubahan perilaku yang dapat di amati. Oleh karena itu tujuan belajar perlu dirumuskan dalam empat atribut siapa (audience), perilaku (behavior), kondisi (condition) dan peringkat pencapaian (degree of achievement). Dikenal dengan rumusan ABCD.
2.      Kognitif atau Gestalt berpandpat bahwa belajar terjadi karena usaha yang bertujuan, eksploratif, imajinatif dan kreatif. Tujuan belajar cukup di rumuskan menggunakan kata kerja atau kata benda.
3.      Humanistik berpendapat bahwa belajar itu berlangsung berdasarkan kondisi internal seseorang dan interaksinya dengan lingkungan. Setiap orang akan mengembangkan dirinya sesuai jati dirinya yang selaras dengan lingkungan.
4.      Konstruktivis berpendapat bahwa tiap orang akan mampu belajar dengan membangun apa yang di alami dan diketahui, sesuai dengan potensi dan kondisi yang ada pada dirinya. Tiap orang akan membangun potensi dirinya dengan mengolah, mencernakan dan memeberi makna atas rangsangan dan pengalaman yang di perolehnya. Teori ini menekankan pada keragaman belajar dan tujuannya adalah menguasai kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan.
                        Perubahan atau kemampuan baru dalam belajar oleh APA (American Psychological Association) diklasifikasikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (oleh editor utama Benyamin S. Bloom dan 4 pendamping editor salah satunya adalah David r. Krathwohl dan 34 anggota tim lainnya pada tahun 1956) Masing-masing ranah dikembangkan lagi dalam sejumlah indikator dan disebut taksonomi tujuan belajar. Taksonomi ini direvisi pada tahun 2001 oleh satu tim dengan editor utama Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl.
                        Ki Hajar Dewantara (1889-1959) merumuskan tujuan belajar dalam  tiga kategori, yaitu “tri-nga” (‘nga’ merupakan huruf terakhir dalam abjad Jawa Ajisaka) = ngerti, ngrasa dan ngalkoni atau merasakan dan mengerjakan. Dalam literatur bahasa inggris dikenal dengan 3H (Head, Heart & Hands).
                        Belajar mengandung ciri :
1.      Bertambahnya jumlah pengetahuan
2.      Kemampuan mengingat dan reproduksi
3.      Menerapkan pengetahuan
4.      Menyimpulkan makna
5.      Menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas
6.      Berubah sebagai pribadi
Seorang Belajar :
1.      10 % dari yang di baca
2.      20% dari yang di dengar
3.      30% dari yang dilihat
4.      50% dari yang dilihat dan di dengar
5.      70% dari yang dikatakan
6.      90% dari yang dikatakan dan dilakukan

B. Metode, Gaya Dan Pendapat Para Ahli Dalam Belajar
                        Metode belajar itu seperti :
1.      Belajar Aktif, terjadi apabila pemelajar (leraners) dipacu untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman sendiri, termasuk sikap, nilai, kepercayaan dan motivasi diri sendiri.
2.      Belajar madniri, terjadi bilamana pemalajar secara swakarsa menginternalisasi pengetahan, sikap, dan keterampilan yang dtetapkan secara normatif, tanpa tergantung bimbingan langsung dari pengajar.
3.      Belajar afektif, berlangsung bilamana pemelajar mengolah rangsangan dengan mengungkap kembali pelajaran atau hal-hal yang telah dimiliki telebih dahulu, termasuk pengalaman, sehingga menghasilkan sintesa baru.
4.      Belajar koorperatif, berlangsung bilamana beberapa pemelajar bekerjasama melakukan kegiatan ke arah yang di sepakati bersama.
5.      Belajar Kolaboratif berlangsung bilamana beberapa pemelajar bekerjasama dengan memberikan konstribusi sesuai dengan peran masing-masing untuk tercapai tujuan.
                        Gaya belajar juga sangat mempengaruhi prestasi pelajar di dalam/di luar kelas/sekolah. Ada 3 gaya belajar dan setiap orang pasti berbeda-beda, jadi kita tidak bisa memaksakan kehendak kepada pelajar.
                           Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi.
Gaya Belajar :
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu.
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya.
                        Sebelumnya para ahli atau tokoh banyak berpendapat mengenai belajar, seperti :
1.      Kong Hu Chu (Confucius) berpendapat:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya kerjakan, saya pahami
2.      Silberman berpendapat :
What I hear I Forget
What I hear and see, I remember a little
What I hear, see and discuss with someone else, i begin to understand
What I hear, see, discuss and do, I acquire knowledge and skill
What I teach to another, I master
3.      Komensky (Commenius, 1659) berpendapat bahwa :
- belajar harus merupakan kegiatan yang menggembirakan
- konsep&prinsip abstrak harus di bangun dengan fondasi pengalaman langsung.
4.      Harlow (1959) berpendapat :
- belajar lebih merupakan usaha meniadakan strategi yang salah, dari pada memperkuat respons
- awal belajar berlangsung lambat, makin lama makin cepat
5.      DePorter (1992) berpendapat bahwa kurikulum yang harmonis disusun berdasarkan falsafah, bahwa :
- belajar harus berlangsung dalam lignkungan yang menyenangkan
- seluruh aspek kepribadian dikembangkan melalui berbagai pendekatan yang menantang
-kehormatan diri merupakan hal penting dalam membentuk pribadi yang sehat dan bahagia.
6.      Harris (1967) berpendapat bahwa perubahan perilaku yang efektif berlangsung dalam suasana saling peduli (asertif) : I’m OK ßàYou’re OK
                        Belajar dangkal hanya untuk mengingat/menghafal fakta/indformasi, dan belajar mendalam bersifat permanen dan siap diaplikasikan ke dalam hidup.
                        Belajar akan di perkuat apabila si pelajar di tugaskan untuk :
·         Menjelaskan sesuatu dengan bahasa sendiri
·         Mengenali sesuatu itu dalam berbagai keadaan dan kesempatan
·         Memberikan contoh mengenai sesuatu itu
·         Melihat hubungan antara sesuatu itu dengan fakta atau informasi lain
·         Memperkirakan konsekuensinya
·         Menyatakan hal yang bertentangan
Intelegensi menurut Gardner meliputi :
1.      Kebahasaan (lingustik)
2.      Matematika/logika
3.      Visual/spasial
4.      Musikal
5.      Kinestetikal
6.      Interpersonal
7.      Intrapersonal
8.      Naturalis
9.      Spiritual
10.  Eksistential
                        Sementara itu, Roger Sperry tahun 1964 (Dryden & Vos, 1999) menemukan bahwa ke dua belahan otak besar mempunyai fungsi yang berbeda, yaitu:
Belahan Kiri      : Verbal, Logika, Rational, Objektif, Konseptual, Akademik
Belahan Kanan : Visual, Sintetik/Kinestetik, Emosional, Subjektif, Fisikal/Spasial, Kreatif.
Kedua belahan otak tersebut harus dirangsang agar berfungsi dengan optimum.

C. Pembelajaran
                        Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
                        Dalam konteks pendidikan , guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan ( aspek kognitif ), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap ( aspek afektif ), serta keterampilan ( aspek psikomotor ) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
                        Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui ( diturut ) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. ( KBBI )Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. ( Purwadinata, 1967, hal 22 ). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar ( oleh siswa ) dan Mengajar ( oleh guru ).
                        Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.
                        Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
                        Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :
1.      Siswa, Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2.      Guru, Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3.      Tujuan, Pernyataan tentang perubahan perilaku ( kognitif, psikomotorik, afektif ) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
4.      Materi Pelajaran, Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5.      Metode, Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
6.      Media, Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.
7.      Evaluasi, Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
Ciri - ciri Pembelajaran
Menurut Eggen & amp, Kauchak ( 1998 ) Menjelaskan bahwa ada beberapa ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
·         Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan - perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan
·         Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, aktivitas - aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian
·         Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi
·         Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir
·         Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.

D. Tujuan Belajar dan Pembelajaran
                 Setiap program pembelajaran bertujuan untuk terjadinya tndak belajar. Belajar dapat berlangsung sendiri tanpa adanya kegiatan pembelajaran. Tujuan belajar ranah kognitif hasil revisi membedakan : Proses Kognitif dan Dimensi Pengetahuan.
                 Tujuan belajar ranah kognitif seharusnya dirumuskan dengan menggunakan tabel taksonomi yang menunjukan dimensi pengetahuan apa yang perlu dikuasai (kata benda) dan pada jenjang mana tindakan untuk penguasaan tersebut (kata kerja).
                 Sementara itu, tujuan belajar ranah psikomotor dikembangkan oleh beberapa ahli yang berbeda-beda secara sendiri-sendiri. Sebenarnya taksonomi ranah kognitif juga dapat digunakan dalam bidang keterampilan perbuatan, namun banyak ahli yang berpendapat bahwa ranah psikomotor ini lebih diutamakan kemampuan fisik.
            Proses kognitif disusun dalam enam jenjang meliputi :
1.      Mengingat
2.      Mengerti
3.      Memakai
4.      Menganalisis
5.      Menilai
6.      Mencipta
Dimensi pengetahuan dibedakan menjadi empat, yaitu :
1.      Pengetahuan faktual
2.      Pengetahuan konseptual
3.      Pengetahuan Prosedural
4.      Pengetahuan Metakognitif
Menurut Dave, keterampilan psikomotorik meliputi :
1.      Peniruan
2.      Penggunaan
3.      Ketepatan
4.      Perangkaian
5.      Naturalisasi
Menurut Harrow, tujuan belajar ranah psikomotorik tersusun dalam peringkat :
1.      Gerak Refleks
2.      Gerak dasar
3.      Kemampuan perseptif
4.      Kemampuan fisik
5.      Gerak terampil
6.      Gerak komunikatif
Dimensi Pengetahuan
1.      Pengetahuan Fakta
·         Terminologi
·         Rincian dan unsur-unsur
2.      Pengetahuan Konseptual
·         Klasifikasi dan kategori
·         Prinsip dan generalisasi
·         Teori, model dan struktur
3.      Pengetahuan Prosedural
·         Ketrampilan khusus dan algoritma
·         Teknik dan metode khusus
·         Kriteria penggunaa cara yang tepat
4.      Pengetahuan Metakognitif
·         Pengetahuan startegik
·         Pengetahuan tentang tugas kognitif
·         Pengetahuan diri
Teknologi Pendidikan bertujuan memfasilitasi belajar yang mendalam dan siap diterapkan dalam kehidupan.

KESIMPULAN

A.    KESIMPULAN

1.      Belajar adalah proses kompleks dan terjadi pada semua orang, berlangsung kapan saja, dimana saja, dari siapa/apa saja dan berlangsung seumur hidup. Sedangan pembelajaran adalah proses adanya interaksi antara pendidik dan pelajar dengan sumber belajar (media) untuk membantu proses belajar dan dapat berlangsung sepanjang hayat.
2.      Teori belajar ada 4; Behavior (Prilaku), Kognitif (Gestalt), Humanistik dan Konstruktivis yang mempunyai tujuan dan anggapan berbeda.
3.      Dari banyaknya pendapat para ahli dan tokoh dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang akan lebih banyak belajar dari pengalaman, apa yang dilihat, di rasa dan di dengar secara bersamaan.
4.      Tujuan Belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa.
5.      Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuaqn pembelajaran adalah kebutuhan siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri. berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.
6.      Peran Teknologi Pendidikan dalam belajar dan pembelajaran seperti memudahkan proses belajar, membantu pendidik dengan media-media dan memfasilitasi proses belajar sehingga menjadi mudah dan menyenangkan.


Makalah PTP Kelompok Cabe Rawit
Dosen: Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc.