Pendahuluan
Kondisi negara Indonesia yang unik, serta perubahan yang
terjadi di era global seperti ini mengharuskan kita mengembangkan sistem
pendidikan yang lebih terbuka, lebih luwes, dan dapat diakses oleh siapa saja
yang memerlukan tanpa memandang usia, jender, lokasi, kondisi sosial ekonomi,
maupun pengalaman pendidikan sebelumnya. Sistem pendidikan tersebut adalah
sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh yang merupakan subsistem dari
pendidikan nasional. Penekanan akan peran penting sistem pendidikan jarak jauh
dan terbuka dalam pendidikan nasional telah dirumuskan dalam undang-undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan perubahan visi, misi, dan
strategi pendidikan nasional dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Pengaruh gabungan kondisi geografis, pertumbuhan, dan
sebaran penduduk telah mendorong para pengambil kebijakan di bidang pendidikan
untuk menjadikan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh sebagai alternatif
untuk mengatasi pemerataan kesempatan, peningkatan mutu dan relevansi serta
efisiensi penyelenggaraan pendidikan antarwilayah, antarpulau, dan
antarkelompok penduduk usia sekolah maupun penduduk usia diluar sekolah.
Salah satu indikator yang kurang menggembirakan tentang mutu
SDM di Indonesia dapat dilihat dari UNDP (2000) tentang peringkat Indeks
Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari tingkat
penencapaian pendidikan, kesehatan, dan pendapatan per kepala yang cenderung
menurun antar waktu. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan
ke-102 pada tahun 1996, ke-99 pada tahun 1997, ke-105 pada tahun 1998, ke-109
pada tahun 1999. Data yang dilaporkan pada The World Economic Forum (2000)
mengaindikasikan bahwa indonesia memiliki daya saing yang rendah yaitu urutan
ke-37 dari 57 negara yang di survey dunia. Rendahnya indeks daya saing tersebut
mengisyaratkan terobosan pendidikan dalam pemerataan kesempatan dan peningkatan
mutu pendidikan. Salah satu kebijakan nasional adalah peningkatan intensitas
pemanfaatan sistem pendidikan jarak jauh pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan.
Banyak orang diseluruh penjuru dunia mengakui bahwa sistem
pendidikan terbuka dan jarak jauh dapat digunakan sebagai salah satu cara yang
efektif untuk mengatasi permasalahan pendidikan yang sulit diatasi dengan cara
konvensional. Permasalahan itu misalnya banyak anak usia sekolah yang tidak
dapat mengikuti pendidikan konvensional karena tinggal di tempat yang jauh dari
sekolah, banyak anak maupun orang dewasa yang ingin memperoleh pendidikan
tetapi tidak dapat mengikuti pendidikan konvensional karena harus bekerja
mencari nafkah pada jam sekolah, banyaknya orang pada waktu mudanya mendapatkan
kesempatan memperoleh pendidikan dan sekarang ingin mendapatkan kesempatan
kedua tetapi tidak meninggalkan pekerjaannya, banyaknya orang yang ingin
mendapatkan pendidikan tetapi tidak dapat karena cacat badan, sakit, tinggal di
penjara, tidak dapat meninggalkan rumah karena banyaknya urusan dan tanggung
jawab keluarga, dan sebagainya.
Teknologi komunikasi dan informasi sebagai suatu produk dan
proses telah berkembang sedemikian rupa sehingga telah merubah kehidupan kita,
dalam berbagai bentuk aplikasi. Pengertian teknologi termasuk teknologi
komunikasi dan informasi, hendaknya tidak di pandang sebagai hardware atau hanya
sebagai fasilitas belaka. Semua teknologi pada hakikatnya adalah proses untuk
mendapatkan nilai tambah. Proses itu memang menghasilkan produk yang
bermanfaat. Sedangkan pemanfaatan produk itu tidak terlepas dari budaya lain
atau sistem yang telah ada.
Teknologi yang tepat guna adalah teknologi yang sesuai
dengan budaya masyarakat yang bersangkutan. Bagi masyarakat yang belum terjamah
dengan teknologi komunikasi dan informasi berbasis elektronik, maka teknologi
cetak mungkin adalah pilihan yang tepat. Kondisi masyarakat Indonesia yang
beragam memerlukan berbagai macam teknologi untuk keperluan penyediaan jasa
pendidikan.
Teknologi sebagai suatu proses meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Proses harus
rasional dan efisien;
2. Harus
menyistem, karena dalam pengertian sistem segala sesuatu akan mempunyai dampak
dan dipengaruhi oleh hal lain dalam lingkungannya;
3. Harus
bersistem, yaitu mempertimbangkan segala variabel yang mungkin berpengaruh dalam menentukan prosedur
tindakan agar proses itu efektif, efisien, dan serasi;
4. Melibatkan
berbagai pihak yang berkepentingan;
5. Mengarah pada
pemecahan masalah bersama;
6. Memadukan
berbagai prinsip, konsep, dan gagasan;
7.
Mempertimbangkan kondisi lingkungan untuk mencapai tujuan.
Pembahasan
1. Definisi
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
JW.keegan melakukan penelitian mengenai praktek
penyelenggaraan dan definisi pendidikan terbuka dan jarak jauh yang digunakan
di berbagai Negara di dunia. Dia melakukan analisis dan menelaah di berbagai
definisi yang hampir sama, mulai dari definisi Doamen (1967), Meckenzie,
Christense; dart Rigby (1968); Undang-Undang Pendidikan Perancis (1971); Peters
(1973), Holmberg (1977) dan membuat sintese mengenai definisi-definisi
tersebut. Menurut dia ada enam unsur dasar pengertian pendidikan terbuka dan
jarak jauh, yaitu:
Terpisahnya guru dan siswa. Karakteristik inilah yang
membedakan pendidikan terbuka dan jarak jauh dari pendidikan konvensional;
Adanya lembaga yang mengelola pendidikan terbuka dan jarak
jauh. Hal ini yang membedakan orang yang mengikuti pendidikan terbuka dan jarak
jauh dari orang yang belajar sendiri;
Digunakannya media sebagai sarana untuk menyajikan isi
pelajaran;
Diselenggarakannya sistem komunikasi dua arah antara guru
dan siswa atau antara lembaga dan siswa sehingga siswa mendapatkan manfaat
dirinya. Dalam hal ini siswa dapat berinisiatif untuk terjadinya komunikasi
itu.
Pada dasarnya pendidikan terbuka dan jarak jauh itu bersifat
pendidikan individual. Pertemuan tatap muka untuk melengkapi proses
pembelajaran berkelompok maupun untuk sosialisasi dapat bersifat keharusan
(compulsory), pilihan (optional), ataupun tidak ada sama sekali tergantung
kepada organisasi penyelenggaranya.
Definisi tersebut berlaku bagi berbagai sistem atau model
pendidikan terbuka dan jarak jauh yang menggunakan nama yang berbeda-beda
seperti Correspondence School, Distance Learning, Home Study, Independent
Learning, dan masih banyak lagi istilah lain. Definisi itu bahkan juga masih
berlaku bila diterapkan pada sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh baru yang
sekarang sedang banyak diminati orang yaitu, Online Learning, Virtual Learning
atau e-Learning.
2. Hakikat
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Pada hakikatnya pendidikan terbuka dan jarak jauh mengandung
konsep dasar yang sama, yaitu pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat yang
berorientasikan pada kepentingan, kondisi,dan karakteristik peserta didik
dengan berbagai pola belajar dengan menggunakan aneka sumber belajar.
Pendidikan terbuka merupakan istilah umum, sedangkan pendidikan jarak jauh
bersifat lebih spesifik. Semua pendidikan jarak jauh merupakan pendidikan
terbuka dengan program belajar terstruktur relatif ketat dan pola pembelajaran
yang berlangsung tanpa tatap muka atau keterpisahan antara peserta didik dengan
pendidik.
A.
Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan sepanjang hayat merupakan bentuk dari hak asasi
manusia, yaitu bahwa manusia sejak dari kandungan hingga ke liang lahat berhak
memperoleh apa yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Pendidikan bersifat terbuka secara konseptual memberikan
kesempatan kepada siapa saja, pada usia
berapa saja, untuk memperoleh pendidikan apa saja, dari apa dan siapa saja,
kapan saja diperlukan, dimana saja, dengan cara apa saja yang diinginkan,
dengan berbagai pola yang saling melengkapi. Peserta didik dapat memperoleh
pendidikan di rumah, dibawah binaan orang tua atau dalam kelompok bermain, ini
merupakan sesuatu yang nonformal, pendidikan yang formal dapat diperoleh di
sekolah. Pilihan untuk memperoleh pendidikan ini dilaksanakan secara fleksibel,
baik dalam kesempatan atau memperolehnya, maupun dalam penyesuaian dalam waktu penyelesaian
program pendidikan, peserta didik dewasa dapat belajar sambil bekerja atau
mengambil beberapa program pendidikan sekaligus pada jenis dan jalur pendidikan
yang berbeda secara terpadu dan berkelanjutan
Pengakuan atas hasil pendidikan sepanjang hayat ini tidak
didasarkan pada adanya ijazah, diploma atau sertifikat, tapi diukur oleh
masyarakat, oleh masyarakat atas kinerja peserta didik di masyarakat.
B.
Pemberdayaan Peserta Didik
Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh berusaha memberdayakan
peserta didik dengan berorientasikan kepada kepentingan, kondisi dan
karakteristik mereka dengan berbagai pola belajar dengan menggunakan aneka
sumber belajar.
Kepentingan peserta didik adalah hal-hal yang sesuai dengan
kebutuhan pendidikan yang bersifat normatif, komparatif, dan prospektif.
Kebutuhan normatif adalah kebutuhan yang didasarkan atas
standar minimal tertentu untuk setiap
jenjang pendidikan. Kemampuan membaca, menulis, berhitung merupakan norma
minimal untuk melek-aksara. Kebutuhan secara komparatif adalah kebutuhan untuk
memenuhi perbedaan antara peserta didik baik untuk skala lokal, nasional,
maupun global. Sedangkan kebutuhan prospektif adalah adalah kebutuhan untuk
mengantisipasi adanya peubahan di masa depan yang serba tidak menentu. Untuk
itu peserta didik perluu dibekali kemampuan untuk cara belajar, dan belajar
memecahkan masalah yang di hadapinya.
Kondisi dan karakteristik peserta didik adalah keadaan
pribadi dan lingkungan yang menunjukan kemampuan hambatan, dan peluuang yang
berbeda-beda kondisi yang berbeda ini tidak seharusnya menjadi alasan untuk
mendapatkan kesempatan belajar. Pendidikan harus memungkinkan untuk
pengembangan potensi peserta didik dengan optimal sesuai dengan kondisi mereka
masing-masing. Bagi peserta didik yang tinggal di daerah terpencil dengan
kondisi sosial-ekonomis yang terbatas, harus pula mendapat perhatian sehingga
mereka dapat memperoleh pendidikan yang yang diperlukan untuk kehidupan mereka.
C.
Prinsip Pendidikan Terbuka & Jarak Jauh
Pendidikan terbuka dan jarak jauh diselenggarakan atas dasar
kebebasan, kemandirian, keluwesan, keterkinian, kesesuaian, mobilitas, dan
efisiensi. Pendidikan terbuka dan jarak jauh dirancang sebagai suatu sistem
pendidikan yang bebas diikuti oleh siapa saja sehingga peserta didik menjadi
sangat heterogen baik dalam kondisi, karakteristiknya meliputi motivasi,
kecerdasan, latar belakang pendidikan, kesempatan maupun waktu yang di sediakan
untuk belajar.
Prinsip kemandirian dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh
diwujudkan dengan adanya kurikulum atau program pendidikan yang memungkinkan
untuk dipelajari secara mandiri, beajar perorangan maupun dalam kelompok
sebaya, dengan sesedikit mungkin bantuan dari guru atau lembaga kependidikan
yang lain.
Prinsip keluwesan diwujudkan dengan dimungkinkannya peserta
didik/warga belajar untuk memulai, mengakses sumber belajar, mengatur jadwal dan kegiatan belajar,
mengikuti ujian atau penilaian kemajuan belajar, dan mengakhiri pendidikannya
diluar ketentuan batasan waktu dan tahun ajaran. Termasuk dalam prinsip
keluwesan ini adalah kemungkinan peserta didik/warga belajar untuk berpindah jalur dari pendidikan formal
ke jalur non formal atau sebaliknya.
Prinsip keterkinian diwujudkan dari ketersediaan program
pembelajaran dan sumber belajar pada saat diperlukan. Hal ini berbeda dengan
sistem pendidikan dan pelatihan konvensional yang program atau kurikulumnya
termasuk buku-buku yang tersedia, dirancang untuk mengantisipasi keperluan di
masa mendatang. Tersedianya komunikasi dan informasi sangat mendukung prinsip
ini. Kecepatan untuk memperoleh informasi yang terbaru melalui teknologi ini
merupakan suatu peluang untuk dapat bertahan dan berkembang dalam persaingan bebas.
Prinsip kesesuaian diwujudkan dengan adanya program belajar
yang terkait langsung dengan kebutuhan pribadi maupun tuntutan lapangan kerja
atau kemajuan masyarakat. Pelajaran tersebut bobotnya harus setara dengan
jenjang kompetisi yang diperlukan, namun disajikan dengan cara sedemikian rupa
sehingga dapat dipelajari sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Prinsip mobilitas diwujudkan dengan adanya kesempatan untuk
berpindah lokasi, jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang setara atau
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi setelah memenuhi persyaratan
kompetensi yang diperlukan. Peserta didik yang mengikuti migrasi keluarganya
perlu memperoleh kesempatan untuk mengikuti pendidikan di tempat barunya tanpa
persyaratan akademik dan non-akademik yang memberatkan.
Prinsip efisiensi diwujudkan dangan pendayagunaan berbagai
macam sumberdaya dan teknologi yang tersedia setempat dengan seoptimal mungkin.
Dalam proses pembelajaran dengan sistem terbuka dan jarak jauh, sumber daya
manusia yang tersedia setempat dapat terdiri dari narasumber, yang mempunyai
kemampuan tertentu seperti misalnya pemuka agama untuk membimbing dan membina
pelajaran agama yang bersangkutan. Sumber daya buatan meliputi siaran radio,
konten internet, buku serta museum dan sebagainya.
D.
Pemberdayaan Lembaga Pendidikan
Sistem pendidikan terbuka untuk sekolah dasar dengan
memberdayakan lembaga masyarakat seperti yang dilakukan dalam model PAMONG
(Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orangtua, dan Guru) model ini menunjukan efisiensi
yang tinggi karena dengan bantuan orang tua peserta didik dan anggota
masyarakat secara sukarela seorang guru dapat membina 60 siswa sekaligus.
Sistem pendidikan terbuka model SLTP Terbuka dengan memberdayakan sekolah induk
dan masyarakat sekitarnya terbukti efisien karena responsif terhadap kebutuhan,
anggaran yang terkendali, pemanfaatan sumberdaya yang tersedia, organisasi
penyelenggara, yang dipilih secara menyebar, pembagian beban kerja yang
seimbang, dan pelaksanaan kebijakan yang kohern.
Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh dengan jaringan yang
memusat, agar menjadi efisien secara ekonomi, pelaksanaannya harus secara
massal baik dalam aspek jumlah sasaran
peserta didik maupun dalam proses produksi media belajar dan media operasional.
Dalam konteks ekonomisasi sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh, tantangan
utama bagi pengelola program adalah menciptakan berbagai program pendidikan
sesuai kebutuhan masyarakat dan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat
sehingga pendidikan tersebut mempunyai daya guna dan hasil guna yang tinggi.
3. Perkembangan
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Sistem
pendidikan terbuka dan jarak jauh sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang baru
bagi Indonesia. Hal yang baru adalah perhatian yang semakin besar terhadap
sistem pendidikan itu sebagai suatu alternatif potensial dalam perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sistem pendidikan terbuka
memungkinkan perolehan pendidikan yang sesuai hakikat manusia, yaitu meliputi
di antaranya minat, kebutuhan, dan kemampuan masing-masing individu.
A. Landasan
Perkembangan
Landasan perkembangan pendidikan terbuka dan jarak jauh,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Landasan
Ontologis
Landasan ontologis sistem ini adalah serangkaian posultat
sebagai berikut: bahwa pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan yang
berbeda, mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri secara berbeda pula,
mempu berkembang sesuai dengan potensi genetika dan lingkungannya, serta
mempunyai keluwesan untuk mengubah dan membentuk kepribadiannya.
2. Landasan
Epistemologis
Landasan epistemologis pendidikan terbuka atau jawaban
tentang bagaimana sistem pendidikan ini dapat diselenggarakan, adalah dengan
memberdayakan lembaga masyarakat, termasuk keluarga, untuk mengembangkan,
memilih, dan atau memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan mereka dengan mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal.
3. Pertimbangan
Aksiologis
Pertimbangan aksiologis atau asas manfaat pendidikan terbuka
dan jarak jauh pertama-tama ditujukan kepada peserta didik, yaitu agar mereka
dapat dimungkinkan mengikuti pendidikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
mereka. Bagi lembaga penyelenggara maupun masyarakat, pendidikan terbuka dan
jarak jauh juga membawa manfaat, seperti:
· Dapat
dipercepatnya usaha memenuhi kebutuhan masyarakat dan pasaran kerja;
· Dapat
menarik minat calon peserta yang banyak;
· Tidak
terganggunya kegiatan kehidupan sehari-hari karena pola dan jadwal pembelajaran
yang luwes;
· Harapan akan
meningkatnya kerja sama dan dukungan pengguna lulusan.
B. Awal
Perkembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Berikut adalah perkembangan pendidikan terbuka dan jarak
jauh di Indonesia:
· Pesantren
Pendidikan pesantren merupakan bentuk pendidikan terbuka
tertua yang sampai sekarang masih dilaksanakan. Pendidikan pesantren ini
dimulai pada abad ke-15. Pendidikan ini bertujuan untuk menanamkan loyalitas
kepada Islam. Pola pendidikan pesantren ini tidak dikenal adanya “ijazah”, yang
menyatakan murid lulus atau tidaknya adalah pengakuan dari seorang Kyai
(Zamakhsyari Dofier, 1994).
· Taman Siswa
Pendidikan Taman Siswa pada awalnya dapat dikategorikan
sebagai pendidikan terbuka, karena misinya sebagai lembaga perjuangan menentang
penjajahan dalam segala bentuknya. Ki Hajar Dewantara (1889-1959) mengembangkan
Taman Siswa dengan asas perjuangan, meliputi:
1. Adanya hak
seseorang untuk mengatur dirinya sendiri;
2. Pengajaran harus
mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batin, pikiran, dan tenaga;
3. Pengajaran
jangan terlampau mengutamakan kecerdasan pikiran, karena hal itu dapat
memisahkan orang terpelajar dengan rakyat;
4. Berkehendak
untuk mengusahakan kekuatan diri sendiri.
Sistem pendidikan Taman Siswa dilakukan dengan sistem among,
yaitu berdasarkan kodrat hidup anak dan kemerdekaan, dengan pedoman tut wuri
handayani, ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa.
· Kayutanam
Mohammad Syafei (1896-1969) mengembangkan dan menerapkan
gagasan pendidikannya di Kayutanam dengan dasar:
1. Berpikir secara
logis dan rasional dan meninggalkan cara berpikir mistik dan tahayul;
2. Kebutuhan
masyarakat;
3. Kegunaan hasil
pendidikan untuk kemajuan masyarakat;
4. Tertanamnya rasa
percaya diri dan berani bertanggung jawab.
Sekolah Kayutanam ini memiliki 2 jenjang, yaitu atas dan
bawah. Di mana setiap jenjangnya tidak hanya dibekali pengetahuan, tetapi juga
praktik. Bahan pelajaran sekolah ini diambil dari budaya bangsa Indonesia. Ciri
khas pendidikan ini sama halnya dengan pendidikan pesantren, yaitu tidak
memiliki ijazah, melainkan pengakuan dari masyarakat (Wasty Soemanto &
Soeyarno, 1983: 73-6).
· Balai Kursus
Tertulis Pendidikan Guru (BKTPG)
Pada tahun 1950, pemerintah membentuk lembaga BKTPG atau
yang lebih dikenal sekarang Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis yang
bertugas untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, dengan menyediakan
berbagai macam paket belajar tertulis dalam bidang kependidikan. Kemudian pada
tahun 1952 diselenggarakan pendidikan melalui radio oleh Djawatan Pendidikan
Masyarakat untuk keperluan eks pelajar pejuang, program ini didukung oleh RRI
dan AURI.
· Periode PELITA
I
Dalam periode PELITA I digariskan kebijakan dalam GBHN untuk
digunakannya siaran radio dan televisi untuk meningkatkan dan memeratakan mutu
pendidikan. Menjelang akhir PELITA I pemerintah menerapkan satu kebijakan
berani, yaitu membangun sistem komunikasi dengan satelit domestik. Sistem ini
dikenal dengan SKSD Palapa (Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa).
Berdasarkan hasil pengkajian dan uji coba diputuskan kemudian perlunya
dilakukan serangkaian kegiatan secara simultan, yaitu:
1. Penataran dan
pengembangan pendidikan guru melalui sistem pembelajaran jarak jauh;
2. Pengembangan
program pendidikan luar sekolah melalui media massa dalam rangka pendidikan
sepanjang hayat;
3. Mengembangkan
tenaga terampil dan profesional dalam bidang teknologi pendidikan;
4. Mengembangkan
program teknologi komunikasi di perguruan tinggi;
5. Mengembangkan
proyek percontohan penyajian pendidikan dengan penggunaan media massa.
· Pendidikan
Anak oleh Masyarakat, Orangtua, dan Guru
(PAMONG)
Pada tahun 1972 dalam rangka kerjasama SEAMO INNOTECH Centre
diselenggarakan suatu model pendidikan dasar yang disebut Pendidikan Anak oleh
Masyarakat, Orangtua, dan Guru (PAMONG).
Program belajar-pembelajaran dilaksanakan dengan prinsip
berikut:
1. Belajar mandiri
dengan menggunakan bahan belajar terprogram yang disebut modul;
2. Belajar kelompok
sebaya dengan bantuan kakak kelas yang telah menguasai pelajaran yang
bersangkutan;
3. Kompetisi untuk
berprestasi dengan tersedianya daftar kemajuan belajar penguasaan atas modul
yang diisi sendiri dan diketahui semua siswa;
4. Fungsi guru
sebagai pengelola kegiatan belajar yang membantu mengatasi masalah yang tidak
terpecahkan oleh siswa itu sendiri;
5. Menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar;
6. Meningkatkan
partisipasi masyarakat antara lain dengan melibatkan warga masyarakat sebagai
narasumber.
· KEJAR Paket A
Pada tahun 1974, Direktorat Pendidikan Masyarakat pada
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga, mulai mengembangkan
paket belajar pendidikan dasar bagi orang dewasa. Paket ini disebut Kejar Paket
A (yang kemudian disambung dengan Paket B), istilah KEJAR merupakan akronim
dari Kalompok Belajar atau Bekerja dan Belajar, yang dapat pula diartikan
sebagai upaya “mengejar” ketinggalan. Materi pelajarannya diambil dari
lingkungan. Maksud dikembangannya KEJAR Paket A adalah untuk mempersiapkan
warga negara agar dapat berpartisipasi aktif dan positif dalam masyarakat
(Napitupulu, 1979: 6).
· Siaran Radio
Siaran radio untuk penataran guru SD diresmikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1974 meliputi 11 provinsi yang padat
penduduk dan yang sistem transportasinya sulit. Keputusan ini diambil setelah
uji coba di 3 provinsi (Jogjakarta, Jawa Tengah, dan Irian Jaya) dinilai
berhasil.
· SLTP Terbuka
Perintisan SMP Terbuka (sekarang SLTP Terbuka) mulai
dilaksanakan pada tahun 1979 di 5 lokasi, yaitu Kalianda (Lampung Selatan),
Plumbon (Cirebon), Adiwerna (Tegal), Kalisat (Jember), dan Tarara (Lombok
Barat). Model sekolah terbuka ini dikembangkan berdasarkan landasan falsafah,
teori, dan prinsip. Evaluasi komprehensif yang diselenggarakan pada tahun 1992
menunjukkan bahwa sistem SLTP terbuka memenuhi indikator kualitatif, meliputi
fleksibilitas, kelayakan, efisiensi, dan efektivitas (Kartasurya, 1992).
C. Profil
Perkembangan
Perkembangan TIK mulai dipicu sejak dioperasikannya SKSD
Palapa pada tahun 1976. Kemudian sistem komunikasi domestik tersebut dipacu
lebih lanjut dengan diresmikannya program “Nusantara-21” (N-21) oleh Presiden
RI pada tanggal 27 Desember 1996.
Penggunaan teknologi komunikasi dan informatika (telematika)
untuk kepentingan pendidikan telah dilakukan oleh berbagai lembaga pendidikan.
Dalam lingkup persekolahan telah didirikan Yayasan Sekolah 2000 pada tahun 1999
dengan misi untuk memperkenalkan internet kepada para siswa dan guru di seluruh
Indonesia. Pemrakarsa situs tersebut adalah Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII).
Di lingkungan pendidikan tinggi, UI dan ITB memanfaatkan
jaringan telematika untuk keperluan penelitian dan pembelajaran. Universitas
Bina Nusantara dan PETRA bahkan telah memanfaatkan jaringan telematika untuk
berbagai proses belajar dan pembelajaran, termasuk penyajian bahan belajar,
bimbingan tutorial, manajemen pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.
Lembaga pendidikan lanjut seperti Pusat Pengembangan Manajemen (PPM) dan
Institut Bankir Indonesia (IBI) telah pula menyelenggarakan pendidikan profesi
lanjut dengan belajar jarak jauh.
Sejak tahun 1944 di Indonesia telah didirikan Indonesian
Distance Learning Network (IDLN) yang berkedudukan di Pustekkom-Diknas, dengan
misi untuk mengoordinasikan segala aspek pengembangan sistem belajar jarak
jauh. Dalam lingkup wilayah regional, Indonesia telah dipercaya untuk
mengoordinasikan pengembangan dan penyebaran sistem pendidikan terbuka dan
jarak jauh.
Perkembangan TIK telah memungkinkan berbagai pilihan
pemanfaatan. Pilihan tersebut meliputi, e-library, e-mail, ensiklopedia online,
pembelajaran multimedia interaktif, compact disc, sistem distribusi bahan
secara elektronik, tele-edukasi dan latihan jarak jauh, pengelolaan sistem
informasi dalam jaringan, dan video teleconference.
Pelajaran yang dapat kita tarik dari beberapa kasus yang
telah dipaparkan menunjukkan bahwa pendidikan terbuka dan jarak jauh di
Indonesia cukup mempunyai akar budaya di Indonesia, di samping memiliki wawasan
yang bersifat global.
4. Paradigma
Pengembangan Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Komponen pengembangan yang perlu mendapat perhatian khusus
mencakup:
A.
Visi, Misi dan Tujuan
Visi pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah terwujudnya
pranata sosial yang memungkinkan peserta didik untuk memperoleh pendidikan pada
semua jenis, jalur, dan jenjang secara mandiri dengan menggunakan berbagai
sumber belajar dengan program pembelajaran yang sesuai dengan kondisi,
kebutuhan dan karakteristiknya.
Misi melalui setiap lembaga pendidikan terbuka dan jarak
jauh adalah :
· Menyediakan
berbagai pola, modus, dan cakupan pendidikan terbuka dan jarak jauh untuk
melayani kebutuhan masyarakat;
·
Mengembangkan dan mendorong terjadinya inovasi berbagai proses
belajar-pembelajaran dengan aneka sumber belajar;
· Mengembangkan
mekanisme dan pengendalian mutu pendidikan yang diselenggarakan pada tingkat
pendidikan dasar, menengah dan tinggi, serta pada pendidikan jalur luar
sekolah.
Tujuan pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui penyelenggaraan pendidikan
terbuka dan jarak jauh semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
B.
Pola, Modus, dan Cakupan
Pendidikan terbuka dan jarak jauh diselenggarakan dengan
pola pembelajaran yang pada dasarnya mengandalkan tersedianya aneka sumber.
Pola pembelajaran ini mencakup pola pembelajaran melalui korespondensi, bahan
cetak, radio, audio/video, TV, Computer Assisted Instruction (CAI), dan atau
multimedia melalui jaringan komputer.
Dari segi modus penyelenggaraannya, pendidikan terbuka dan
jarak jauh dapat dibedakan dalam beberapa pola :
·
Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh secara modus tunggal,
adalah jika pelayanan pendidikan kepada peserta didik dilaksanakan sepenuhnya
melalui satu cara saja.
· Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak
jauh secara modus ganda, adalah jika layanan pendidikan kepada peserta didik
dilaksanakan melalui tatap muka langsung, baik melalui media satu arah maupun
dua arah.
·
Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh dalam bentuk jaringan,
adalah jika layanan pendidikan kepada peserta dduk dilaksanakan melalui
kolaborasi antarlembaga pendidikan. Melalui kolaborasi tersebut, pengelola
program pendidikan pendidikan terbuka dan jarak jauh tidak perlu memiliki
fasilitas dan SDM sendiri tapi justru dapat melakukan spesialisasi pelayanan
kepada peserta didik.
·
Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh, disebut pula sebagai
belajar bebasis beraneka sumber. Penyelenggaraan modus ini juga dapat dipandang
sebagai penggabungan dari tiga modus lainnya.
Dilihat dari aspek cakupan, sistem pendidikan terbuka dan
jarak jauh dapat berupa penyelenggaraan pendidikan untuk beberapa mata
pelajaran, program studi, dan satu kesatuan program pendidikan secara penuh
menurut jenjang dan jenis dalam sistem pendidikan nasional.
Lembaga pendidikan terbuka dan jarak jauh yang
menyelenggarakan pendidikan secara dual mode mempunyai cakupan untuk beberapa
mata pelajaran/program studi. Sedangkan, lembaga pendidikan terbuka dan jarak
jauh penyelenggaraan pendidikan secara single mode menawarkan semua program
pendidikan dalam tatanan satuan kelembagaan pendidikan jalur sekolah atau luar
sekolah, pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi, dengan jenis
pendidikan umum, kejuruaan, dan keagamaan. Cakupan program pendidikan terbuka
dan jarak jauh berbasis jaringan terbatas pada beberapa mata kuliah dan program
pendidikan sesuai spesialisasi dari masing-masing lembaga pendidikan yang
menjadi anggota konsorsium.
C. Sistem Operasional: Peserta Didik,
Sumber Belajar, Dukungan Pelayan, danPenilaian
Dalam sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh terdapat
empat komponen sistem oprasional yang berbeda baik dalam penyelengaraan maupun
fungsinya dibandingkan sistem pendidikan tatap muka.
· Peserta
Didik, setiap peserta didik bebas menentukan sendiri kapan ia akan mulai
belajar, bagaimana cara ia akan belajar, dengan siapa ia akan memperoleh
pelajaran, dsb.
· Sumber
Belajar, pengembangan sumber belajar harus dilakukan dengan mengetahui
karakteristik umum peserta didik, dengan menganalisis sumber apa yang
diperlukan dan yang telah tersedia dengan mempertimbangkan skala ekonomis.
· Dukungan
Pelayanan, adanya orang atau organisasi yang membantu peserta didik untuk
memperoleh kemudahan dalam melaksanakan kegiata belajar dan kegiatan akademik
lain.
· Penilaian,
Dalam sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh penilaian seharusnya didasarkan
pada teori belajar konstruktivis yang menyatakan bahwa seharusnya seseorang
(umumnya orang dewasa) mampu menciptaan pengetahuannya snediri berdasarkan
pengalaman dan kemampuan belajarnya. Prinsip penilaian berbasis pengalaman
sudah seharusnya dikembangkan dan digunakan dalam sistem pendidikan terbuka dan
jarak jauh.
D.
Manajemen Mutu dan Akreditasi
Manajemen mutu diarahkan pada pengendalian mutu tamatan agar
memenuhi standar kompetensi yang diterapkan secara nasional, sedangkan
akreditasi diarahkan pada penjaminan mutu pelayanan pendidikan.
Manajemen mutu mencakup penentuan kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan struktur program
kurikulum. Kompetensi lulusan dicapai melalui proses pembelajaran dalam bentuk
penguasaan kompetensi bahan kajian yang setara dengan jenis, jalur dan jenjang
pendidikan yang bersangkutan. Kompetensi bahan kajian memuat standarkemapuan
dasar yang harus dikuasai peserta didik yang ditentukan sebagai persyaratan
penguasaan kompetensi tertentu. Kompetensi mata pelajaran memuat ketentuan tentang
standar kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang harus dikuasi oleh
peserta didik. Penyusunan kompetensi mata pelajaran dibuat dengan tingkat
kedalaman yang berbeda dilaksanakan sebagai komponen dari kurikulum pendidikan
yang berdiversifikasi.
Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah akreditasi
terhadap kelayakan program pendidikan atau satuan kelembagaan pendidikan
terbuka dan jarak jauh. Kelayakan program dinilai dari struktur program dan
kurikulum, jumlah dan kualifikasi pendidikan tenaga pengajar dan staf
administrasi, penyediaan sarana pendukung belajar pelayanan bantuan belajar dan
tutorial, dan penyelenggaraan ujian. Sementara kelayakan lembaga dinilai
berdasaran kemampuannya dalam mengelola dan menyelenggarakan pelayanan
pendidikan berdasarkan standar pelayanan minimal pendidikan dan manajemen
berbasis sekolah.
5. Penyelenggaraan
Pendidikan Terbuka & Jarak Jauh
Pendidikan
terbuka dan jarak jauh merupakan komponen dari sistem pendidikan nasional yang
dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis. Dengan memerhatikan
keberadaan pendidikan terbuka dan jarak jauh yang telah bertumbuh-kembang di
masyarakat sesuai jalur, jenjang dan jenisnya. Penyelenggaraannya perlu
mendapatkan pengaturan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
pada Pendidikan dasar, Pendidikan menengah, Pendidikan tinggi, Pendidikan luar
sekolah, Pendidikan kedinasan, Pendidikan keagamaan, dan Pendidikan
berkelanjutan.
A.
Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar bertujuan untuk mengembangkan potensi dan
kapasitas belajar peserta didik, yang antara lain meliputi rasa ingin tahu, percaya
diri, keterampilan berkomunikasi, dan kesadaran diri. Selain itu, pendidikan
dasar perlu dioptimalkan untuk mengembangkan kemampuan dasar membaca, menulis,
berhitung, dan bernalar serta keterampilan hidup yang berharkat dan
bermartabat. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada tingkat
pendidikan dasar harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan dan tingkat
perkembangan peserta didik. Salah satu aspeknya yang perlu diperhatikan adalah
pentingnya program pembimbingan dan pembinaan mengingat perkembangan kematangan
anak yang masih dalam periode pembentukan awal, hal ini juga merupakan usaha
sosialisasi dalam konteks belajar mandiri.
B.
Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah diselenggarakan sebagai kelanjutan dari
pendidikan dasar, yang berfungsi untuk menyiapkan peserta didik agar dapat
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan berinteraksi secara
produktif dengan lingkungan sosial, budaya, den alam sekitar dan atau
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan menengah terdiri atas
sekolah menengah tingkat pertama dan sekolah menengah tingkat atas.sekolah
menengah tingkat atas terdiri atas sekolah menengah umum dan sekolah kejuruan.
Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada tingkat pendidikan menengah
selain harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik memasuku
masa remaja, juga perlu diorientasikan pada pendidikan untuk melanjutkan ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan memasuki dunia kerja.
C.
Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang menekankan pada pengembangan kemampuan akademik idan
keterampilan profesional sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja.
Penyelenggraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada tingkat pendidikan tinggi
selain harus memerhatikan karakteristik program studi dan peserta didik juga
mengacu pada pelaksanaan tridharma perguruan tinggi, termasuk di dalamnya
mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih jauh lagi
pendidikan terbuka dan jarak jauh pada tingkat pendidikan tinggi sepenuhnya
harus mencerminkan kemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran yang
mengarah pada pembentukan kepribadian dan sikap hidup yang mandiri.
D.
Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah menekankan pemberian pelayanan
pendidikan kepada warga masyarakat yang tidak dapat dilayani kebutuhan
pendidikannya melalui jalur sekolah karena berbagai kendala, seperti kendala
finansial, waktu, jarak, usia, dan kesempatan. Penyelanggaraan pendidikan
terbuka dan jarak jauh pada jalur luar sekolah ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan keprofesian peserta didik sesuai
kebutuhan termasuk untuk menyiapkan peserta didik untuk siap memasuki dunia
kerja. Pendidikan luar sekolah diselenggarakan dalam satuan pendidikan luar
sekolah, yang dapat terdiri atas kelompok belajar, kursus, penitipan anak,
kelompok bermain, dan satuan pendidikan yang sejenis.
E.
Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan menekankan pada peningkatan kemampuan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai suatu
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Penyelenggaraan pendidikan
terbuka dan jarak jauh pada pendidikan kedinasan ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan keprofesian, dan memperluas wawasan
sesuai dengan tuntutan perkembangan kebijakan dan kebutuhan pembangunan, tanpa
harus meninggalkan tempat kerjanya.
F.
Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan menekankan pada pemahaman dan
pengalaman nilai-nilai keagamaan bagi anggota masyarakat termasuk peserta
didik. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada pendidikan
keagamaan ditujukan untuk memperluas dan memperkuat pemahaman dan pengalaman
nilai-nilai keagamaan bagi semua warga masyarakat. Selain itu, pendidikan
keagamaan tidak hanya sekadar berisikan kaidah-kaidah agama, melainkan juga
norma kehidupan beragama, seperti salng menghargai, saling menyayangi, dan
sebagainya, yang dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk penyajian yang
bervariasi.
G.
Pendidikan Berkelanjutan
Pendidikan berkelanjutan (continuing education) menekankan
pada pemberian kesempatan kepada warga belajar dewasa untuk mengikuti perkembangan
yang terjadi dalam lingkungannya. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak
jauh pada pendidikan berkelanjutan dapat dilakukan secra terencana maupun
dimanfaatkan tanpa rencana untuk menambah pengetahuan, memperluas wawasan,
meningkatkan kemampuan dan profesionalisme mereka baik untuk memenuhi kebutuhan
pribadi, lingkungan kerja maupun masyarakat.
Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh dalam berbagai
jenjang, jalur dan jenis pendidikan ini mempunyai prospek yang cerah, dalam rangka
memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal serta untuk mengikuti perkembangan global, tanpa harus
mengutamakan adanya pengakuan berupa ijazah atau serifikat yang selama ini
masih sering digunakan sebagai ukuran untuk menilai kemampuan seseorang.
6. Beberapa Jenis
Tutorial dan Kelemahannya
A.
Tuorial Tatap Muka
Siswa dan guru atau tutor bertemu secara berkala untuk
memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa.
Kekurangan yang ada dalam tutorial semacam ini:
· Tutorial
tidak dapat dilakuakan terlalu sering. Makin sering dilakukan makin mahal
biayanya.
· Tutorial
seperti ini biasanya bukan merupakan keharusan.
B.
Tutorial melalui telepon dan surat
Tutorial jenis ini tidak banyak dimanfaatkan siswa, pada hal
biayanya relatif murah dan mudah melakukannya. Kendalanya mungkin tidak semua
siswa mempunyai telepon, atau sungkan untuk menanyakan pelajaran kepada guru
melalui telepon atau surat. Di samping itu tutorial melalui surat jawabannya
seringkali datangnya sangat lambat.
C.
Tutorial melalui konferensi audio atau video
Tutorial ini jarang digunakan karena biaya relatif mahal.
7. Model atau Istilah
dalam Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Sekolah Korespondensi
UNESCO memberi batasan Sekolah Korespondensi sebagai
berikut:
“Pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan jasa pos tanpa
adanya pertemuan tatap muka antara guru dan siswa”. Pengajaran dilakukan
melalui bahan belajar dalam bentuk cetakan atau rekaman kaset suara yang
dikirimkan kepada siswa melalui pos. Kemajuan belajar siswa dimonitor dengan
menggunakan latihan atau tugas-tugas tertulis atau latihan yang direkam dalam kaset.
Siswa mengerjakan latihan itu menggunakan tulisan atau rekaman kaset juga yang
dikirimkan kepada guru yang ada di Pusat Lembaga pendidikan terbuka dan jarak
jauh. Guru memeriksa pekerjaan siswa dengan memberi komentar dan saran-saran
secara tertulis atau melalui rekaman kaset. Hasil koreksi itu dikirimkan
kembali kepada siswa.
Pendidikan Terbuka
Pendidikan Terbuka ini mempunyai karakteristik umum yang
sama dengan belajar terbuka/jarak jauh. Siswa Pendidikan Terbuka dapat belajar
dari jauh, maksudnya belajar jauh atau terpisah dari guru atau dosen dan
mungkin juga jauh dari lembaga penyelenggaranya. Sebagai contoh, beribu-ribu
mahasiswa Universitas Terbuka menghabiskan sebagian waktu belajarnya untuk
belajar sendiri di tempat mereka masing-masing. Mereka menghadiri pelajaran
secara tatap muka dengan dosen atau tutor hanya dalam waktu-waktu tertentu
saja.
Distance Teaching,
Distance Learning, dan Distance Education
Keegan (1986) membedakan ketiga istilah tersebut sebagai
berikut:
Distance Teaching berusaha mengembangkan bahan belajar
mandiri yang bermutu yang dapat digunakan oleh lembaga pendidikan untuk memberikan pelajaran dari jauh.
Sebaliknya Distance Learning lebih banyak menekankan pada
proses belajar siswa. Orang yang menggunakan istilah ini banyak memikirkan
mengenai bantuan-bantuan yang perlu diberikan kepada siswa supaya mereka
belajar dan dapat memahami isi pelajarannya.
Istilah Distance Education merupakan perpaduan istilah
Distance Teachingdan Distance Learning tersebut. Dalam sistem Distance
Education siswa belajar secara terpisah dari guru, karena itu bahan belajar
yang digunakan harus disusun secara khusus supaya relatif lebih mudah untuk
dipelajari siswa sendiri. Bahan belajar ini tidak cukup hanya dikembangkan oleh
ahli isi pelajaran sendiri saja, melainkan perlu melibatkan ahli pengembang
pembelajaran, ahli media, dsb dalam penyusunannya.
External Study, Home
Study dan Independent Study
Istilah External Studies mengandung arti “di luar” tetapi
“tidak terpisah” dari tanggung jawab staf dosen dari suatu universitas atau
perguruan tinggi. Jelasnya staf dosen yang sama mempunyai dua kelompok siswa
yang berbeda. Kelompok pertama disebut kelompok “on campus” adalah kelompok
siswa yang belajar di kampus seperti laiknya mahasiswa yang belajar di
universitas. Kelompok kedua disebut kelompok “external” atau “off campus”.
Kelompok yang kedua ini tidak harus mengikuti kuliah di kampus tetapi belajar
sendiri di luar kampus.
Istilah Home Study ini hanya mengacu pada pendidikan
lanjutan untuk orang dewasa. Home Study bukan bagian dari universitas,
melainkan sekolah korespondensi untuk orang-orang dewasa di Amerika Serikat.
Dalam sistem ini siswa tidak harus belajar di sekolah atau di pusat pendidikan
dan pelatihan. Biasanya sebagian bahan belajar dipelajari di rumah, sebagian
yang lain dipelajari di Pusat-pusat Sumber Belajar, di perpustakaan, di
pusat-pusat pelatihan, dsb.
Independent Study, istilah ini diperkenalkan oleh Charles
Wedemeyer dari Universitas Wiscounsin sebagai istilah umum untuk jenis-jenis
pendidikan yang di Amerika Serikat biasa disebut sebagai “belajar melalui
korespondensi, pendidikan terbuka, pengajaran melalui radio dan TV, atau
belajar mandiri.”
Kesimpulan
Pendidikan
terbuka dan jarak jauh pada dasarnya adalah rancangan suatu sistem pendidikan
yang diselenggarakan untuk mengembangkan, memilih, dan memperoleh pendidikan
yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik dengan mendayagunakan sumber
yang tersedia secara optrimal. Selain itu, juga merupakan suatu sistem yang
sengaja dan sadar dirancang untuk berbagai keperluan yang belum bisa terpenuhi
oleh pendidikan regular. Kemudian seiring dengan perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yang terus maju dapat
memberikan dampak yang baik
terhadap sistem pendidikan ini sebagai suatu alternatif yang berpotensi dalam
pembangunan pendidikan di era globalisasi.
Maka
sesuai dengan karakteristiknya sebagai pendidikan yang bertumpu pada prinsip
pendidikan sepanjang hayat, kebebasan, kemandirian, keluwesan, keterkinian,
kesesuaian, mobilitas dan efisiensi, merupakan sebuah kemudahan bagi mereka
peserta pendidikan terbuka dan jarak jauh untuk dapat memilih program
pendidikan yang diminatinya dan yang memberinya kesempatan untuk mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya seoptimal mungkin. Sehingga kemajuan juga
kemudahan yang dihadirkan pada sistem pendidikan ini dapat memberi manfaat dan
pengetahuan yang sesuai dengan harapan, serta agar pada akhirnya pendidikan
tersebut dapat mempunyai daya guna dan hasil guna yang tinggi.
Makalah PTP Kelompok Flash
Dosen: Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc.
No comments:
Post a Comment